Selasa, 30 Desember 2014

Hasil Kunjungan ke PT.Bakrie&Brothers Tbk.

PT. Bakrie & Brothers Tbk adalah perusahaan yang bergerak di bidang Perdagangan Umum, Jasa Konstruksi, Pertanian, Pertambangan, Industri, terutama produksi pipa baja, bahan bangunan dan bahan konstruksi lainnya, system telekomunikasi, barang elektronik dan elektrik serta investasi termasuk penyertaan modal pada perusahaan lain.

VISSION
To became a leading Investment Company and a proxy of the Indonesian economy.

MISSION
To maximize shareholder value through profitable investment activities and enhancement of core portofolio’s value

Berikut ini beberapa pertanyaan yang kami ajukan beserta jawabannya:

1.     Bagaimana cara menyusun struktur organisasi yang efektif agar perusahaan berjalan dengan lancar ?
-         Penyusunan struktur organisasi PT Bakrie & Brothers Tbk. Dibentuk berdasarkan kebutuhan yang  disesuaikan dengan bidang usaha perusahaan itu yaitu perusahaan yang bergerak dibidang investasi.

2.     Bagaimana susunan struktur organisasi perusahaan ini dan peran masing-masing bagian ?
-         Struktur organisasi dapat dilihat dalam bagan yang telah dibuat oleh perusahaan



3.     Bagaimana peran masing-masing bagian sesuai dengan fungsi, kewenangan dan tanggung jawab atas jabatan yang dipegang oleh pemangku jabatan dalam struktur organisasi yang telah dibentuk ?

Secara garis besarnya sebagai berikut :
Dewan direksi menjalankan kegiatan usaha yang telah ditetapkan / direncanakan sesuai target dalam bidangnya masing-masing.

-         Chief Investment Officer – melakukan kegiatan investasi, jual beli saham, obligasi, investasi dia anak perusahaan DLL.

-         Chief Financial Officer – mengelola seluruh asset perusahaan, mencari dana, menyalurkan dana untuk kegiatan operasional perusahaan dan pembiayaan investasi yang dilakukan oleh Chief Investment Officer.

-         Chief Legal Officer – membuat perjanjian investasi, kontrak-kontrak proyek dan lain-lain agar tidak ada pelanggaran hukum.

-         Chief Risk Officer- memberikan pengawasan, saran dan pendapat atas investasi yang akan di ambil atau yang sudah dijalankan dan segala resiko yang dihadapi.

-         Chief Strategi Bussines Dev. Officer- membuat rencana, pilihan dan arahan kedepan baik jangka panjang maupun jangka pendek, mengenai investasi berpotensi mendapatkan keuntungan.

4.     Tantangan yang dihadapi perusahaan ?
-         Kondisi perekonomian global yang belom kondusif, melambatnya pertumbuhan ekonomi Negara maju, tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang rendah, inflasi yang masih tinggi, nilai tukar rupiah yang tidak stabil.

5.     Bagaimana cara perekrutan karyawan baru ?
-         Perekrutan karyawan yang dilakukan perusahaan, melalui media yaitu menawarkan posisi jabatan yang dibutuhkan oleh perusahaan dengan persyaratan, kwalifikasi yang telah ditentukan melalui perusahaan, konsultasi ketenagakerjaan (rekrutmen) yang berpengalaman untuk mencari tenaga kerja yang dibutuhkan sesuai posisis jabatan yang akan diisi.

6.     Tujuan perusahaan ?
-         Seperti perusahaan lainnya tujuan perusahaan didirikan untuk mencari laba, agar dapat tumbuh dan berkembang menjadi perusahaan besar.
Namun dalam pendistribusian hasil laba perusahaan, tidak hanya untuk tumbuh dan berkembang perusahaan saja, tapi sebagian juga disalurkan untuk kepentingan social (Corporate Social Responsibility), mensehjahterakan karyawan, menciptakan lapangan kerja baru, pemberdayaan lingkungan, pembinaan usaha kecil menengah, dll.

7.     Bagaimana cara agar mencapai tujuan ?
-         Untuk mendapatkan laba pimpinan perusahaan memanfaatkan sumberdaya yang ada di perusahaan secara optimal dan melihat peluang berinvestasi di segala bidang baik jangka panjang maupun jangka pendek.

IMG_20141218_205920

Selasa, 18 November 2014

KEPEMIMPINAN & KEKUASAAN POLITIK DALAM ORGANISASI
KEPEMIMPINAN
adalah proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Cara alamiah mempelajari kepemimpinan adalah "melakukannya dalam kerja" dengan praktik seperti pemagangan pada seorang seniman ahli, pengrajin, atau praktisi. Dalam hubungan ini sang ahli diharapkan sebagai bagian dari peranya memberikan pengajaran/instruksi.


TEORI KEPEMIMPINAN1. Teori Sifat
Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki pemimpin itu. Atas dasar pemikiran tersebut timbul anggapan  bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil, sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin. Dan kemampuan pribadi yang dimaksud adalah kualitas seseorang dengan berbagai sifat, perangai atau ciri-ciri di dalamnya. Ciri-ciri ideal yang perlu dimiliki pemimpin menurut Sondang P Siagian (1994:75-76) adalah:
- pengetahuan umum yang luas, daya ingat yang kuat, rasionalitas, obyektivitas, pragmatisme, fleksibilitas, adaptabilitas, orientasi masa depan;
- sifat inkuisitif, rasa tepat waktu, rasa kohesi yang tinggi, naluri relevansi, keteladanan, ketegasan, keberanian, sikap yang antisipatif, kesediaan menjadi pendengar yang baik, kapasitas integratif;
- kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang, analitik, menentukan skala prioritas, membedakan yang urgen dan yang penting, keterampilan mendidik, dan berkomunikasi secara efektif.  
Walaupun teori sifat memiliki berbagai kelemahan (antara lain : terlalu bersifat deskriptif, tidak selalu ada relevansi antara sifat yang dianggap unggul dengan efektivitas kepemimpinan) dan dianggap sebagai teori yang sudah kuno, namun apabila kita renungkan nilai-nilai moral dan akhlak yang terkandung didalamnya mengenai berbagai rumusan sifat, ciri atau perangai pemimpin; justru sangat diperlukan oleh kepemimpinan yang menerapkan prinsip keteladanan.
2.    Teori Perilaku
Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku seorang individu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok ke arah pencapaian tujuan. Dalam hal ini, pemimpin mempunyai deskripsi perilaku:
a.  konsiderasi dan struktur inisiasiPerilaku seorang pemimpin yang cenderung mementingkan bawahan memiliki ciri  ramah tamah,mau berkonsultasi, mendukung, membela, mendengarkan, menerima usul dan memikirkan kesejahteraan bawahan serta memperlakukannya setingkat dirinya. Di samping itu terdapat pula kecenderungan perilaku pemimpin yang lebih mementingkan tugas organisasi.
b.  berorientasi kepada bawahan dan produksiperilaku pemimpin yang berorientasi kepada bawahan ditandai oleh penekanan pada hubungan atasan-bawahan, perhatian pribadi pemimpin pada pemuasan kebutuhan bawahan serta menerima perbedaan kepribadian, kemampuan dan perilaku bawahan. Sedangkan perilaku pemimpin yang berorientasi pada produksi memiliki kecenderungan penekanan pada segi teknis pekerjaan, pengutamaan penyelenggaraan dan penyelesaian tugas serta pencapaian tujuan.
Pada sisi lain, perilaku pemimpin menurut model leadership continuum pada dasarnya ada dua yaitu berorientasi kepada pemimpin dan bawahan. Sedangkan berdasarkan model grafik kepemimpinan, perilaku setiap pemimpin dapat diukur melalui dua dimensi yaitu perhatiannya terhadap hasil/tugas dan terhadap bawahan/hubungan kerja.
Kecenderungan perilaku pemimpin pada hakikatnya tidak dapat dilepaskan dari masalah fungsi dan gaya kepemimpinan (JAF.Stoner, 1978:442-443) 
3.    Teori Situasional
Keberhasilan seorang pemimpin menurut teori situasional ditentukan oleh ciri kepemimpinan dengan perilaku tertentu yang disesuaikan dengan tuntutan situasi kepemimpinan dan situasi organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan faktor waktu dan ruang. Faktor situasional yang berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan tertentu menurut Sondang P. Siagian (1994:129) adalah
* Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas;
* Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan;
* Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan;
* Norma yang dianut kelompok;
* Rentang kendali;
* Ancaman dari luar organisasi;
* Tingkat stress;
* Iklim yang terdapat dalam organisasi.
Efektivitas kepemimpinan seseorang ditentukan oleh kemampuan "membaca" situasi yang dihadapi dan menyesuaikan gaya kepemimpinannya agar cocok dengan dan mampu memenuhi tuntutan situasi tersebut. Penyesuaian gaya kepemimpinan dimaksud adalah kemampuan menentukan ciri kepemimpinan dan perilaku tertentu karena tuntutan situasi tertentu. Sehubungan dengan hal tersebut berkembanglah model-model kepemimpinan berikut:
KEKUASAAN
adalah kewenangan yang didapatkan oleh seseorang atau kelompok guna menjalankan kewenangan tersebut sesuai dengan kewenangan yang diberikan, kewenangan tidak boleh dijalankan melebihi kewenangan yang diperoleh atau kemampuan seseorang atau kelompok untuk memengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari pelaku (Miriam Budiardjo,2002) atau Kekuasaan merupakan kemampuan memengaruhi pihak lain untuk berpikir dan berperilaku sesuai dengan kehendak yang memengaruhi (Ramlan Surbakti,1992).Dalam pembicaraan umum, kekuasaan dapat berarti kekuasaan golongan, kekuasaan raja, kekuasaan pejabat negara. Sehingga tidak salah bila dikatakan kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain menurut kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan tersebut. Robert Mac Iver mengatakan bahwa Kekuasaan adalah kemampuan untuk mengendalikan tingkah laku orang lain baik secara langsung dengan jalan memberi perintah / dengan tidak langsung dengan jalan menggunakan semua alat dan cara yg tersedia. Kekuasaan biasanya berbentuk hubungan, ada yg memerintah dan ada yg diperintah. Manusia berlaku sebagau subjek sekaligus objek dari kekuasaan. Contohnya Presiden, ia membuat UU (subyek dari kekuasaan) tetapi juga harus tunduk pada UU (objek dari kekuasaan
SUMBER KEKUASAAN
Ada pun sumber kekuasaan itu sendiri ada 3 macam,yaitu:1.      Kekuasaan yang bersumber pada kedudukana.      Kekuasaan formal atau Legal (French & Raven 1959)Contohnya komandan tentara, kepala dinas, presiden atau perdana menteri.Kendali atas sumber dan ganjaran (French & Raven 1959)Majikan yang menggaji  karyawannya, pemilik sawah yang mengupah buruhnya,  kepala suku atau kepala kantor yang dapat memberi ganjaran kepada anggota atau bawahannya.b.      Kendali atas hukum (French & Raven 1959)Kepemimpinan yang didasarkan pada rasa takut. Contohnya perman-preman yang memunguti pajak dari pemilik toko. Para pemilik toko mau saja menuruti kehendak para preman itu karena takut mendapat perlakuan kasar. Demikian pula anak kelas satu SMP yang takut pada senior kelas3 yang galak dan suka memukul sehingga kehendak seniornya itu selalu dituruti.c.       Kendali atas informasi (Pettigrew, 1972)Siapa yang menguasai informasi dapat menjadi pemimpin. Contohnya orang yang paling tahu jalan diantara serombongan pendaki gunung yang tersesat akan menjadi seorang pemimpin. Ulama akan menjadi pemimpin dalam agama. Ilmuan menjadi pemimpin dalam ilmu pengetahuan.d.      Kendali ekologik (lingkungan)Sumber kekuasaan ini dinamakan juga perekayasaan situasi .•   Kendali atas penempatan jabatan.Seorang atasan atau manager mempunyai kekuasaan atas bawahannya karena ia boleh menentukan posisi anggotanya.•  Kendali atas tata lingkungan.Kepala dinas tata kota berhak memberi  izin bangunan. Orang-orang ini menjadi pemimpin karena kendalinya atas penataan lingkungan.2.      Kekuasaan yang bersumber pada kepribadian.Berasal dari sifat-sifat pribadi.a.       Keahlian atau keterampilan (French & Raven 1959)Contohnya pasien-pasien di rumah sakit menganggap dokter sebagai pemimpin karena dokterlah yang dianggap sebagai ahli untuk menyembuhkan penyakitnya.b.      Persahabatan atau kesetiaan (French & Raven 1959)Sifat dapat bergaul, setia kawan atau setia kepada kelompok dapat merupakan sumber kekuasaan sehingga seseorang dianggap sebagai pemimpin. Contohnya pemimpin yayasan panti asuhan dipilih karena memiliki sifat seperti Ibu Theresa.c.       Karisma (House,1977)Ciri kepribadian yang menyebabkan timbulnya kewibawaan pribadi dari pemimpin juga merupakan salah satu sumber kekuasaan dalam proses kepemimpinan.3.      Kekuasaan yang bersumber pada politika.       Kendali atas proses pembuatan keputusan (Preffer  & Salanick, 1974)Ketua menentukan apakah suatu keputusan akan di buat dan dilaksanakan atau tidak.b.      Koalisi (stevenson, pearce & porter 1985)Ditentukan hak dan wewenang untuk membuat kerjasama dalam kelompok.c.       Partisipasi (Preffer, 1981)Pempimpin yang mengatur pastisipasi dari masing-masing anggotanya.d.      InstitusionalisasiPempimpin agama menikahkan suami istri. Notaris atau hakim menentapkan berdirinya suatu perusahaan.

PERILAKU POLITIK
adalah kegiatan-kegiatan yang tidak diminta sebagai bagian dari peran formal seseorang dalam organisasi, tetapi yang mempengaruhi, atau mencoba mempengaruhi distribusi keuntungan dan kerugian di dalam organisasi.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU POLITIK

FAKTOR INDIVIDU
1. Pemantau Diri yang tinggi 
2. Tempat Kedudukan Kendali Internal
3. Investasi Organisasional 
4. Alternatif Pekerjaan yg dipahami 
5. Harapan Sukses 

FAKTOR ORGANISASIONAL
1. Realokasi Sumber Daya 
2. Kesempatan Promosi 
3. Kepercayaan Rendah 
4. Ambiguitas Peran 
5. Sistem Evaluasi Kinerja Tidak Jelas 
6. Tekanan Kinerja Tinggi 
7. Perilaku Manajer Senior 

PERILAKU DEFENSIF Adalah Perilaku reaktif atau protektif untuk menghindari tindakan penyalahan atau perubahan.
MENGHINDARI TINDAKAN
1. Menyesuaikan secara berlebihan 
2. Mengelakkan tanggung jawab 
3. Berlagak Pilon 
4. Mengulur –ulur waktu 
5. Menipu 

MENGHINDARI PENYALAHAN
1. Mengkilapkan 
2. Bemain Aman 
3. Membenarkan 
4. Mencari Kambing Hitam 
5. Salah Menyatakan (misrepresentasi)

MENGHINDARI PERUBAHAN
1. Pencegahan 
2. Perlindungan Diri 
3. Perilaku defensif 
4. Pengaturan Kesan 

MANAJEMEN KONFLIK DAN NEGOSIASI

MANAJEMEN KONFLIK
- merupakan serangkaian aksi dan reaksi antara pelaku maupun pihak luar dalam suatu konflik. Manajemen konflik termasuk pada suatu pendekatan yang berorientasi pada proses yang mengarahkan pada bentuk komunikasi (termasuk tingkah laku) dari pelaku maupun pihak luar dan bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan (interests) dan interpretasi. Bagi pihak luar (di luar yang berkonflik) sebagai pihak ketiga, yang diperlukannya adalah informasi yang akurat tentang situasi konflik. Hal ini karena komunikasi efektif di antara pelaku dapat terjadi jika ada kepercayaan terhadap pihak ketiga.
Menurut Ross (1993) bahwa manajemen konflik merupakan langkah-langkah yang diambil para pelaku atau pihak ketiga dalam rangka mengarahkan perselisihan ke arah hasil tertentu yang mungkin atau tidak mungkin menghasilkan suatu akhir berupa penyelesaian konflik dan mungkin atau tidak mungkin menghasilkan ketenangan, hal positif, kreatif, bermufakat, atau agresif. Manajemen konflik dapat melibatkan bantuan diri sendiri, kerjasama dalam memecahkan masalah (dengan atau tanpa bantuan pihak ketiga) atau pengambilan keputusan oleh pihak ketiga. Suatu pendekatan yang berorientasi pada proses manajemen konflik menunjuk pada pola komunikasi (termasuk perilaku) para pelaku dan bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan dan penafsiran terhadap konflik.


FAKTOR - FAKTOR YANG MENYEBABKAN KONFLIK
Soejono Soekanto mengemukakan 4 faktor penyebab terjadinya konflik yaitu :
  • perbedaan antarindividu,
  • perbedaan kebudayaan ,
  • perbedaan kepentingan dan
  • perubahan sosial.

Perbedaan antarindividu
Merupakan perbedaan yang menyangkut perasaan, pendirian, atau ide yang berkaitan dengan harga diri, kebanggan, dan identitas seseorang.
Sebagai contoh anda ingin suasana belajar tenang tetapi teman anda ingin belajar sambil bernyanyi, karena menurut teman anda itu sangat mundukung. Kemudian timbul amarah dalam diri anda. Sehingga terjadi konflik.

Perbedaan Kebudayaan
Kepribadian seseorang dibentuk oleh keluarga dan masyarakat . tidak semua masyarakat memiliki nilai-nilai dan norma yang sama. Apa yang dianggap baik oleh satu masyarakat belum tentu baik oleh masyarakat lainnya.
Interaksi sosial antarindividu atau kelompok dengan pola kebudayaan yang berlawanan dapat menimbulkan rasa amarah dan benci sehingga berakibat konflik.

Perbedaan Kepentingan
Setiap kelompok maupun individu memiliki kepentingan yang berbeda pula. Perbedaan kepentingan itu dapat menimbulkan konflik diantara mereka.

Perubahan Sosial
Perubahan yang terlalu cepat yang terjadi pada suatu masyarakat dapat mengganggu keseimbangan sistem nilai dan norma yang berlaku, akibatnya konflik dapat terjadi karena adanya ketidaksesuaian antara harapan individu dengan masyarakat.
Sebagai contoh kaum muda ingin merombak pola perilaku tradisi masyarakatny, sedangkan kaum tua ingin mempertahankan tradisi dari nenek moyangnya. Maka akan timbulah konflik diantara mereka.

KONFLIK
Menurut Nardjana (1994) Konflik yaitu akibat situasi dimana keinginan atau kehendak yang berbeda atau berlawanan antara satu dengan yang lain, sehingga salah satu atau keduanya saling terganggu.

Menurut Killman dan Thomas (1978), konflik adalah kondisi terjadinya ketidakcocokan antar nilai atau tujuan-tujuan yang ingin dicapai, baik yang ada dalam diri individu maupun dalam hubungannya dengan orang lain. Kondisi yang telah dikemukakan tersebut dapat mengganggu bahkan menghambat tercapainya emosi atau stres yang mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja (Wijono,1993, p.4)

Menurut Wood, Walace, Zeffane, Schermerhorn, Hunt, dan Osborn (1998:580) yang dimaksud dengan konflik (dalam ruang lingkup organisasi) yaitu Conflict is a situation which two or more people disagree over issues of organisational substance and/or experience some emotional antagonism with one another.
yang kurang lebih artinya konflik adalah suatu situasi dimana dua atau banyak orang saling tidak setuju terhadap suatu permasalahan yang menyangkut kepentingan organisasi dan/atau dengan timbulnya perasaan permusuhan satu dengan yang lainnya.

Menurut Stoner, Konflik organisasi ialah mencakup ketidaksepakatan soal alokasi sumberdaya yang langka atau peselisihan soal tujuan, status, nilai, persepsi, atau kepribadian. (Wahyudi, 2006:17)

Daniel Webster mendefinisikan konflik sebagai:
1. Persaingan atau pertentangan antara pihak-pihak yang tidak cocok satu sama lain.
2. Keadaan atau perilaku yang bertentangan (Pickering, 2001).

PROSES KONFLIK
1.    Antecedent Conditions
Antecedent Conditions merupakan kondisi yang menyebabkan atau mendahului suatu peristiwa. Peristiwa yang dapat mengawali terjadinya konflik adalah adanya kekecewaan (frustration).
2.    Perceived Conflict
Tahap ini adalah antara kedua belah pihak sudah merasakan adanya konflik. Ini dapat dilihat dari adanya persaingan antara individu atau kelompok yang satu dengan yang lainnya.
3.    Manifested Conflict
Dalam tahap ini, antara pihak yang berkonflik sudah menampakkan peristiwa konflik. Bentuknya bisa berupa lisan, salaing mendiamkan, bertengkar dan berdebat.
4.    Conflict Resolution or Suppression
Tahap ini adalah tahap pengelolaan konflik. Pimpinan atau manajerlah yang memiliki tanggung jawab dalam hal ini.
5.    Aftermath
Aftermath maksudnya adalah dampak yang disebabkan oleh konflik.

NEGOSIASI
adalah sebuah bentuk interaksi sosial saat pihak - pihak yang terlibat berusaha kamus Oxford, negosiasi adalah suatu cara untuk mencapai suatu kesepakatan melalui diskusi formal.
Negosiasi merupakan suauntuk saling menyelesaikan tujuan yang berbeda dan bertentangan. Menuruttu proses saat dua pihak mencapai perjanjian yang dapat memenuhi kepuasan semua pihak yang berkepentingan dengan elemen-elemen kerjasama dmunikasi, kerjasama atau memengaruhi orang lain dengan tujuan tertentu. Contoh kasus mengenai negosiasi, seperti Christopher Columbus meyaan kompetisi. Termasuk di dalamnya, tindakan yang dilakukan ketika berkokinkan Ratu Elizabeth untuk membiayai ekspedisinya saat Inggris dalam perang besar yang memakan banyak biaya atau sengketa pula.

PROSES NEGOSIASI
Kita mulai dengan tahap pertama yaitu Sebelum Melakukan Negosiasi. Tahap ini sangat penting karena inilah saatnya kita melakukan persiapan, termasuk:
  • menetapkan tujuan dan sasaran, bottom line serta prioritas
  • mencari informasi tentang pihak lawan
  • mempersiapkan daftar pertanyaan, konsesi yang akan kita berikan serta alternatifnya
  • mengusulkan agenda, tim negosiator serta tempat negosiasi yang sesuai dengan kebutuhan semua pihak. 
         Tahap kedua yaitu Saat Bernegosiasi yang terkait dengan beberapa hal penting seperti:
  • menciptakan suasana negosiasi yang nyaman serta bersikap win-win
  • memastikan semua negosiator memiliki wewenang untuk mengambil keputusan 
  • menegaskan posisi awal kita dan memahami posisi awal pihak lawan
  • mencari solusi alternatif apabila terjadi perbedaan di antara posisi awal kedua pihak
  • menawarkan konsesi untuk memperoleh sesuatu yang kita inginkan
  • menyatakan bottom line Anda dengan jelas serta pada waktu yang tepat
  • memperhatikan bahasa tubuh atau komunikasi non-verbal pihak lawan untuk mengetahui perasaannya
  • mengambil keputusan akhir untuk mengakhiri negosiasi
          Tahap ketiga yaitu Mengakhiri Negosiasi. Hal-hal yang kita lakukan dalam tahap terakhir ini adalah:
  • menghindari pemberian dan penerimaan konsesi pada saat-saat terakhir
  • memastikan kedua pihak sudah memahami kesepakatan yang dicapai
  • menjelaskan hasil positif yang telah diperoleh dari kesepakatan
  • meneliti kembali dan mencatat semua syarat yang telah disepakati
  • membuat kesepakatan tertulis dan ditanda-tangani kedua pihak
  • menentukan batas waktu untuk mengimplementasi kesepakatan

Sabtu, 18 Oktober 2014

Komunikasi Dalam Organisasi
Komunikasi adalah "suatu proses dalam mana seseorang atau beberapa orang, kelompokorganisasi, dan masyarakat menciptakan, dan menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungan dan orang lain". Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi dengan bahasa nonverbal.

Proses Komunikasi
Secara ringkas, proses berlangsungnya komunikasi bisa digambarkan seperti berikut.
  1. Komunikator (sender) yang mempunyai maksud berkomunikasi dengan orang lain mengirimkan suatu pesan kepada orang yang dimaksud. Pesan yang disampaikan itu bisa berupa informasi dalam bentuk bahasa ataupun lewat simbol-simbol yang bisa dimengerti kedua pihak.
  2. Pesan (message) itu disampaikan atau dibawa melalui suatu media atau saluran baik secara langsung maupun tidak langsung. Contohnya berbicara langsung melalui telepon, surat, e-mail, atau media lainnya. Media (channel) alat yang menjadi penyampai pesan dari komunikator ke komunikan.
  3. Komunikan (receiver) menerima pesan yang disampaikan dan menerjemahkan isi pesan yang diterimanya ke dalam bahasa yang dimengerti oleh komunikan itu sendiri.
  4. Komunikan (receiver) memberikan umpan balik (feedback) atau tanggapan atas pesan yang dikirimkan kepadanya, apakah dia mengerti atau memahami pesan yang dimaksud oleh si pengirim.

HAMBATAN DALAM KOMUNIKASI
Gangguan atau hambatan itu secara umum dapat dikelompokkan menjadi hambatan internal dan hambatan eksternal ,
yaitu:
A. Hambatan internal, adalah hambatan yang berasal dari dalam diri individu yang terkait kondisi fisik dan psikologis. Contohnya, jika seorang mengalami gangguan pendengaran maka ia akan mengalami hambatan komunikasi. Demikian pula seseorang yang sedang tertekan (depresi) tidak akan dapat melakukan komunikasi dengan baik.
B. Hambatan eksternal, adalah hambatan yang berasal dari luar individu yang terkait dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosial budaya.
Contohnya, suara gaduh dari lingkungan sekitar dapat menyebabkan komunikasi tidak berjalan lancar. Contoh lainnya, perbedaan latar belakang sosial budaya dapat menyebabkan salah pengertian.
Menurut Prof. Onong Uchjana Effendy, MA dalam bukunya Ilmu, Teori, dan Filasafat Komunikasi. Ada 4 jenis hambatan komunikasi, yaitu:
A. Gangguan
Ada 2 jenis gangguan terhadap jalannya komunikasi yang menurut sifatnya dapat diklasifikasikan sebagai gangguan mekanik dan semantic.
Gangguan mekanik
Gangguan yang disebabkan oleh saluran komunikasi atau kegaduhan yang bersifat fisik.
Gangguan semantic
Gangguan jenis ini bersangkutan dengan pesan komunikasi yang pengertiannya menjadi rusak. Gangguan semantic tersaring ke dalam pesan melalui penggunaan bahasa. Lebih banyak kekacauan mengenai pengertian suatu istilah atau konsep yang terdapat pada komunikator, akan lebih banyak gangguan semantic dalam pesannya. Gangguan ini terjadi dalam salah pengertian.
B. Kepentingan
Kepentingan akan membuat seseorang selektif dalam menanggapi atau menghayati suatu pesan.
C. Motivasi terpendam
Motivasi akan mendorong seseorang berbuat sesuatu yang sesuai benar dengan keinginan, kebutuhan, dan kekurangannya. Semakin sesuai komunikasi dengan motivasi seseorang semakin besar kemungkinan komunikasi itu dapat diterima dengan baik oleh pihak yang bersangkutan. Sebaliknya, komunikan akan mengabaikan suatu komunikasi yang tak sesuai dengan motivasinya.
D. Prasangka
Prasangka merupakan salah satu rintangan atau hambatan berat bagi suatu kegiatan komunikasi oleh karena orang yang mempunyai prasangka belum apa-apa sudah bersikap curiga dan menentang komunikator yang
hendak melancarkan komunikasi.
NILAI, SIKAP, KEPRIBADIAN KERJA, STRES

PENGERTIAN NILAI
Setiap manusia tentu melakukan suatu aktivitas dan tindakan untuk mencapai tujuan yang ia harapkan. Pada kenyataannya tidak sedikit orang yang melakukan segala tindakan untuk mencapai tujuannya, baik itu berupa tindakan baik maupun tindakan buruk. Yang terpenting ia mampu mencapai tujuan yang ia harapkan. Dalam hal ini, perlu adanya suatu patokan atau tolak ukur untuk mengatur tindakan manusia. Antara norma dengan nilai itu saling berkaitan, yang mana dalam nilai terdapat norma dan aturan yang berfungsi sebagai pedoman untuk menentukan baik atau buruknya suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang. Namun, sebelum membahas terlalu jauh mengenai nilai-nilai yang ada di masyarakat, organisasi maupun pendidikan terlebih dahulu harus memhami apa itu nilai. Dengan begitu kedepannya kita dapat mengidentifikasi bentuk-bentuk dari nilai.
Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berkaitan dengan nilai. Misalkan kita mengatakan bahwa orang itu baik atau lukisan itu indah. Berarti kita melakukan penilaian terhadap suatu objek. Baik dan indah adalah contoh nilai. Manusia memberikan nilai pada sesuatu. Sesuatu itu dikatakan adil, baik, cantik, anggun, dan sebagainya.
Istilah nilai (value) menurut kamus poerwodarminto diartikan sebagai berikut.
a.         Harga dalam arti taksiran, misalnya nilai emas.
b.         Harga sesuatu, misalnya orang.
c.         Angka, skor.
d.        Kadar, mutu.
e.         Sifat-sifat atau hal penting bagi kemanusiaan.

Beberapa pendapat tentang pengertian nilai dapat diuraikan sebagai berikut.
a.         Menurut bambang daroeso, nilai adalah suatu kualitas atau pengahargaan terhadap sesuatu, yang menjadi dasar penentu tingkah laku seseorang.
b.         Menurut darji darmodiharjo adalah kualitas atau keadaan yang bermanfaat bagi manusia baik lahir ataupun batin.
Sehingga nilai merupakan suatu bentuk penghargaan serta keadaan yang bermanfaat bagi manusia sebagai penentu dan acuan dalam melakukan suatu tindakan. Yang mana dengan adanya nilai maka seseorang dapat menentukan bagaimana ia harus bertingkah laku agar tingkah lakunya tersebut tidak menyimpang dari norma yang berlaku, karena di dalam nilai terdapat norma – norma yang dijadikan suatu batasan tingkah laku seseorang.

PENGERTIAN SIKAP
Secara umum,pengertian sikap (attitude) adalah perasaan, pikiran, dan kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat permanen mengenal aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya. Komponen-komponen sikap adalah pengetahuan. perasaan-perasaan, dan kecenderungan untuk bertindak. Dalam pengertian yang lain, sikap adalah kecondongan evaluatif terhadap suatu objek atau subjek yang memiliki konsekuensi yakni bagaimana seseorang berhadap-hadapan dengan objek sikap. Tekanannya pada kebanyakan penelitian dewasa ini adalah perasaan atau emosi. Sikap yang terdapat pada diri individu akan memberi warna atau corak tingkah laku ataupun perbuatan individu yang bersangkutan. Dengan memahami atau mengetahui sikap individu, dapat diperkirakan respons ataupun perilaku yang akan diambil oleh individu yang bersangkutan.

PENGERTIAN KEANEKARAGAMAN ANGKATAN KERJA
Keragaman angkatan kerja: sebuah angkatan kerja yg dgn tanpa terkecuali terdiri atas orang2 dgn kualitas manusia yg berbeda/ yg berasal dr kelompok budaya yg beragam.
Domensi2 dari pokok keragaman :
·         Dimensi primer: elemen pokok sebagai mana orang - orang membentuk citra diri dan pandangannya terhadap dunia. Meliputi: umur, ras, etnisitas, gender, kemampuan mental dan fisik, serta orientasi seksual.
·         Dimensi sekunder: elemen yang dapat didapatkan atau berubah dalam waktu hidup seseorang. Memiliki pengaruh yang lebih sedikit, tetapi memengaruhi definisi diri seseorang dan pandangannya terhadap dunia serta memiliki pengaruh dalam bagaimana orang tersebut dipandang oleh orang lain.

FAKTOR - FAKTOR KEPUASAN KERJA
Menurut Baron & Byrne (1994) ada dua kelompok faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja. Faktor pertama yaitu faktor organisasi yang berisi kebijaksanaan perusahaan dan iklim kerja. Faktor kedua yaitu faktor individual atau karakteristik karyawan. Pada faktor individual ada dua predictor penting terhadap kepuasan kerja yaitu status dan senioritas. Status kerja yang rendah dan pekerjaan yang rutin akan banyak kemungkinan mendorong karyawan untuk mencari pekerjaan lain, hal itu berarti dua faktor tersebut dapat menyebabkan ketidakpuasan kerja dan karyawan yang memiliki ketertarikan dan tantangan kerja akan lebih merasa puas dengan hasil kerjanya apabila mereka dapat menyelesaikan dengan maksimal. 
Pendekatan Wexley dan Yukl (1977) berpendapat bahwa pekerjaan yang terbaik bagi penelitian-penelitian tentang kepuasan kerja adalah dengan memperhatikan baik faktor pekerjaan maupun faktor individunya. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja yaitu gaji, kondisi kerja, mutu pengawasan, teman sekerja, jenis pekerjaan, keamanan kerja dan kesempatan untuk maju serta faktor individu yang berpengaruh adalah kebutuhan-kebutuhan yang dimilikinya,
nilai-nilai yang dianut dan sifat-sifat kepribadian. 
 Pendapat yang lain dikemukan oleh Ghiselli dan Brown, mengemukakan adanya lima faktor yang menimbulkan kepuasan kerja, yaitu:

a. Kedudukan (posisi)
Umumnya manusia beranggapan bahwa seseorang yang bekerja pada pekerjaan yang lebih tinggi akan merasa lebih puas daripada karyawan yang bekerja pada pekerjaan yang lebih rendah. Pada beberapa penelitian menunjukkan bahwa hal tersebut tidak selalu benar, tetapi justru perubahan dalam tingkat pekerjaanlah yang mempengaruhi kepuasan
kerja.

b. Pangkat (golongan)
Pada pekerjaan yang mendasarkan perbedaan tingkat (golongan), sehingga pekerjaan tersebut memberikan kedudukan tertentu pada orang yang melakukannya. Apabila ada kenaikan upah, maka sedikit banyaknya akan dianggap sebagai kenaikan pangkat, dan kebanggaan terhadap kedudukan yang baru itu akan merubah perilaku dan perasaannya.

c. Umur
Dinyatakan bahwa ada hubungan antara kepuasan kerja dengan umur karyawan. Umur di antara 25 tahun sampai 34 tahun dan umur 40 sampai 45 tahun adalah merupakan umur-umur yang bisa menimbulkan perasaan kurang puas terhadap pekerjaan.

d. Jaminan finansial dan jaminan sosial
Masalah finansial dan jaminan sosial kebanyakan berpengaruh terhadap kepuasan kerja.

e. Mutu pengawasan
Hubungan antara karyawan dengan pihak pimpinan sangat penting artinya dalam menaikkan produktifitas kerja. Kepuasan karyawan dapat ditingkatkan melalui perhatian dan hubungan yang baik dari pimpinan kepada bawahan, sehingga karyawan akan merasa bahwa dirinya merupakan bagian yang penting dari organisasi kerja (sense of belonging).

HUBUNGAN STRES DENGAN KERJA
Stres merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami keteganggan karena adanya kondisi-kondisi yang mempengaruhi dirinya,kondisi-kondisi tersebut dapat diperoleh dari dalam maupun dari luar diri seseorang. Namun perlu diperhatikan bahwa suatu kondisi yang membuat stres kerja karyawan belum tentu akan membuat stres kerja karyawan lainnya. Konflik yang terjadi pada seorang karyawan mungkin menimbulkan stres kerja pada seorang karyawan, namun merupakan tantangan bagi karyawan lainnya. Berdasarkan contoh-contoh tersebut dapat dilihat bahwa kondisi yang sama belum tentu diterima sama oleh masing-masing individu tergantung pada keadaan individu, lingkungan dan faktor-faktor lain.

Keith Davis (1985:223) mengemukakan bahwa ”stres sebagai suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses pikiran, dan konsisi fisik seseorang”. Stres yang terlalu berat dapat mengancam seseorang untuk meghadapi lingkungan.

Robbin (1996:223) mendefinisikan stres sebagai suatu kondisi yang dinamik dalam mana seseorang individu dikonfrontasikan dengan suatu peluang, kendala (constrain) atau tuntutan (demands) yang dikaitkan dengan apa yang sangat diinginkannya dan yang dihasilkan dipersepsikan sebagai tidak pasti dan penting. Sedangkan menurut Vincent Cornelli dalam Anwar (2003:9) mendefinisikan stres sebagai gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan. Stres dapat dipengaruhi oleh lingkungan dan penampilan individu dalam lingkungan tersebut.

Hans Selye (Gibson dkk, 1996:339) membagi stres menjadi dua macam, yaitu stres negatif biasa disebut distres dan seringkalimenghasilkan perilaku karyawan yang disfungsional seperti sering melakukan kesalahan, moral yang rendah, bersikap masa bodoh dan absen tanpa keterangan. Disisi lain, stres positif atau biasa disebut eustres menciptakan tantangan dan perasaan untuk selalu berprestasi dan berperan sebagai faktor motivator kritis yang akan meningkatkan kinerja karyawan. Dengan demikian secara umum dapat disimpulkan bahwa stres adalah suatu stimulus yang berupa tekanan yang akan mempengaruhi kondisi fisik maupun psikologi individu dimana tekanan/stimulus tersebut dapat berasal dari luar individu.

Gibson dkk (1996:339) mengemukakan ”definisi stimulus melihat sebagai suatu kekuatan atau perangsang yang menekan individu yang menimbulkan tanggapan (respon) terhadap ketegangan”. Definisi tersebut terdapat adanya suatu ketidakjelasan tentang kemungkinan tingkat akibat yang ditimbulkan oleh stres yang sama pada individu yang berbeda. Sedangkan definisi tanggapan memandang stres sebagai tanggapan fisiologis dan psikologis dari seseorang terhadap tekanan lingkungannya, dimana stres tersebut kebanyakan berasal dari lingkungan di luar individu. Stres sebagai definisi kerja mengemukakan stres sebagai suatu tanggapan dalam menyesuaikan diri yang dipengaruhi oleh perbedaan individu dan atau proses psikologis, yaitu suatu konsekuensi dari setiap tindakan ekstern (lingkungan), situasi atau peristiwa yang terlalu banyak mengadakan tuntutan psikologis dan atau fisik terhadap seseorang.

Pendapat tersebut berbeda dengan pendapat Beerhr dan Newman (Luthans, 1996:129) yang mendefinisikan stres kerja yaitu sebagai suatu kondisi yang timbul karena adanya interaksi antara individu dan pekerjaan yang ditandai dengan adanya perubahan dalam diri individu yang mendorong individu melakukan penyimpangan (tidak berfungsi secara normal).

Pendekatan stres sebagai respon, menitikberatkan pada reaksi seseorang terhadap stresor dan menggambarkan stres sebagai variabel terikat. Sebagai contoh, karyawan perusahaan akan merasa stres atau tertekan bila dituntut untuk menghasilkan sesuatu sesuai dengan waktu yang telah diberikan. Respon yang dialami karyawan akan mengandung dua komponen yaitukomponen psikologis yang meliputi tingkah laku, pola pikir, emosi serta perasaan tertekan, dan komponen fisiologis yang berupa rangsangan-rangsangan fisik seperti jantung berdebar-debar, mulut kering, tubuh berkeringat. Respon psikologis atau fisiologis terhadap stresor ini disebut stain atau ketegangan.

Sedangkan menurut Richard Lazarus dalam Anwar (2003:11) bahwa ”stres yang bersifat psikologis adalah sebuah hubungan khusus antara seseorang dengan lingkungannya yang dianggap melampaui kemampuannya dan membahayakan kesejahteraannya”.

Berdasarkan beberapa definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa stres kerja merupakan suatu kondisi fisik dan atau psikis yang dipengaruhi oleh beberapa faktor baik didalam maupun diluar pekerjaan, dan kondisi tersebut akan mempengaruhi kemampuan seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan atau mempengaruhi prestasi seseorang.

Sumber-sumber Stres

Stres dapat disebabkan oleh berbagai faktor di dalam maupun di luar pekerjaan yang merupakan sumber stres di tempat kerja. Sumber stres disebut juga stresor adalah suatu rangsangan yang dipersepsikan sebagai suatu ancaman dan menimbulkan perasaan negatif. Hampir setiap kondisi pekerjaan dapat menyebabkan stres,tergantung reaksi karyawan bagaimana menghadapinya. Sebagai contoh, seorang karyawan akan dengan mudah menerima dan mempelajari prosedur kerja baru, sedangkan seorang karyawan lain tidak tahu atau bahkan akan menolaknya. Bagaimanapun juga reaksi orang terhadap stres menentukan tingkat stres yang dialami.menurut Handoko (2001:201) reaksi orang yang dapat menyebabkan stres adalah:

Mereka yang agresif dankompetitif,menempatkan standar yang tinggi, menempatkan diri mereka dibawah tekanan waktu yang konstan. Mereka bahkan mebuat permintaan yang berlebihan pada diri mereka sendiri dalam hal rekreasi dan waktu luang. Mereka sering gagal menyadari bahwa banyak tekanan yang mereka rasakan adalah akibat perbuatan mereka sendiri dan bukan produk dari lingkungan mereka.

Penjelasan tersebut menunjukan bahwa banyak faktor yang dapat menyebabkan stres karyawan dalambekerja, dan biasanya karyawan mengalami stres karena kombinasi dari stresor. Makin banyak jumlah stresor, makin besar pula penampakan stres yang berlanjut. Namun demikian tidak semua stresor merupakan stres yang potensial.

Menurut Robbins (1996:224) sumber-sumber stres dalam bekerja antara lain: faktor lingkungan, organisasional, serta faktor individu.

1) Faktor Lingkungan

Ketidakpastian lingkungan mempengaruhi desain dari struktur suatu organisasi, ketidakpastian itu juga mempengaruhi tingkat stres dikalangan para karyawan dalam organisasi tersebut. Ketidakpastian lingkungan meliputi:

a. Ketidakpastian ekonomis, yang disebabkan karena perubahan dalam daur bisnis, sehingga dapat menimbulkan rasa khawatir karyawan atau pekerjaannya.

b. Ketidakpastian politik, yang disebabkan karena kondisi politik suatu negara yang tidak stabil, sehingga dapat berpengaruh kedalam aspek kehidupan karyawan.

c. Ketidakpastian teknologis, adanya inovasi baru yang membuat keterampilan dan pengalaman seorang karyawan menjadi usang dalam waktu yang sangat pendek.

2) Faktor Organisasional

Banyak sekali faktor didalam organisasi yang dapat menimbulkan stres. Tekanan untuk menghindari kekeliruan atau menyelesaikan tugas dalam suatu kurun waktu yang terbatas, beban kerja yang berlebinhan, seorang pimpinan yang menuntut dan tidak peka, serta rekan kerja yang tidak menyenangkan merupakan beberapa contoh dari kondisi kerja yang menyebabkan timbulnya stres dalam bekerja. Menurut Robbin (1996:224-117) faktor organisasional dikategorikan kedalam beberapa hal yaitu:

a. Tuntutan tugas, merupakan faktor yang dikaitkan pada pekerjaan seseorang . faktor ini mencakup desain pekerjaan individu, kondisi kerja dan tata letak fisik. Makin banyak kesalingtergantungan antara tugas seseorang dengan tugas orang lain makin potensial stres. Tempat pekerjaan diman suhu, kebisingan, atau kondisi kerja lain berbahaya atau sangat tidak diinginkan dapat meningkatkan kecemasan. Demikian juga bekerja dalam suatu kamar yang berjubel atau dalam suatu lokasi diman sering terjadi gangguan.

b. Tuntutan peran berhubungan dengan tekanan yang diberikan pada seorang sebagai suatu fungsi dari peran tertentu yang dimainkan dalam organisai itu.

c. Tuntutan agar pribadi adalah tekanan yang diciptakan oleh karyawan lain. Kurangnya dukungan sosial dari rekan-rekan dan hubungan antar pribadi yang buruk dapat menimbulkan stres yang cukup besar.

d. Struktur organisasi menentukan tingkat diferensiasi dalam organisasi, tingkat aturan dan pengaturan, dan dimana keputusan diambil. Aturan yang berlebihan dan kurangnya partisipasi dalam keputusan mengenai seorang karyawan merupakan suatu contoh dari variabel struktural yang mungkin merupakan sumber potensial dari stres.

e. Kepemimpinan organisasi menggambarkan gaya menajerial dari eksekutif senior organisasi.

3) Faktor Individual

Menurut Gibson (1994:226) ”faktor individual bisatimbul ketika seorang menghadapi suatu masalah di luar lingkungan kerja (faktor kehidupan pribadi karyawan) yang dapat mempengaruhi pekerjaan”. Contoh faktor-faktor iniadalah issu keluarga, masalah ekonomi pribadi,dan karakteristik kepribadian yang inheren.

a. Masalah atau issu dalam keluarga menyangkut masalah hubungan yang menciptakan stres bagi para karyawan dan terbawa ke tempat kerja. Misalnya hubungan pernikahan yang tidak harmonis,kenakalan anak-anak karena kurang disiplin, dan sebagainya.

b. Masalah ekonomi yang diciptakan oleh individu berhubungan dengan kondisi keuangan keluarga merupakan suatu perangkat kesulitan pribadi, yang dapat menciptakan stres bagi karyawan dan mengganggu perhatian mereka terhadap kerja.

c. Karakteristik kepribadian karyawan juga merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya stres ditempat kerja.

Akibat Stres

Stres kerja dapat memiliki pengaruh positif maupun negatif dan keduanya dapat terjadi dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Akibat dari stres banyak yang bervariabel. Stres yang bersifat positif, seperti motivasi pribadi, rangsangan untuk bekerja lebih keras, dan meningkatnya inspirasi hidup yang lebih baik. Meskipun demikian, banyak efek yang mengganggu dan secara potensial berbahaya. Menurut Cox dan Gibson dkk (1996:363) ada lima macam konsekuensi dari stres:

1. Subyektif

Meliputi: kecemasan, agresif, acuh, kebosanan, depresi, keletihan, frustasi, kehilangan kesabaran, rendah diri, gugup, merasa kesepian.

2. Perilaku

Perilaku yang menunjukan gejala stres adalah mudah mendapat kecelakaan, kecanduan alkohol, penyalahgunaan obat-obatan, luapan emosional, makan atau merokok secara berlebihan, perilaku yang mengikuti kata hati, tertawa.

3. Kognitif

Akibat stres yang bersifat kognitif dapat menyebabkan ketidakmampuan mengambil keputusan yang jelas, daya konsentrasi rendah, kurang perhatian, sangat sensitif terhadap kritik, hambatan mental.

4. Fisiologis

Stres dapat menciptakan perubahan dalam metabolisme tubuh, kandungan glukosa darah meningkat, denyut jantung dan tekanan darah meningkat, mulut kering, berkeringat, bola mata melebar, tubuh panas dingin.

5. Organisasi

Akibat yang bersifat organisasi meliputi angka absen tinggi, pergantian karyawan (turn over), produktivitas rendah, terasing dari rekan sekerja, ketidakpuasan kerja, komitmen organisasi dan loyalitas berkurang.

Reaksi terhadap Stres

Reaksi terhadap stres dapat merupakan reaksi yang bersifat psikis maupun fisik. Biasanya para pekerja atau karyawan yang mengalami stres akan menunjukan perubahan perilaku. Perubahan perilaku terjadi pada diri manusia sebagai usaha untuk mengatasi stres (fight), melarikan diri dari kenyataan (flight), atau berdiam diri (freeze). Dalam kehidupan sehari-hari, ketiga reaksi ini biasanya dilakukan secara bergantian tergantung situasi danbentuk stres.

Perubahan perilaku di tempat kerja merupakan gejala-gejala individu yang mengalami stres. Perubahan perilaku sebagai gejala stres di tempat kerja menurut Tim Penulis Modul FISIP-UT (1982:8.23) antara lain:

a. Bekerja melewati batas kemampuan atau bekerja di bawah garis normal dibandingkan dengan ukuran rata-rata.

b. Keterlambatan masuk kerja yang sering dan berkali-kali.

c. Ketidak hadiaran di pekerjaan.

d. Kesulitan membuat keputusan.

e. Kesalahan yang sembrono.

f. Kelalaian menyelesaikan pekerjaan.

g. Lupa akan janji-janji yang telah dibuat.

h. Kesulitan berhubungan dengan orang lain.

i. Kerisauan tentang kesalahan yang dibuat dan kegagalan diri.

j. Menunjukan gejala-gejala gangguan fisik seperti: gangguan pada alat pencernaan, tekanan darah tinggi, radang kulit, radang pernafasan, dan lain-lain.

Kemampuan tiap individu dalam mengatasi stres tidaklah sama, ada karyawan yang dapat mengatasi stres dengan cepat dan adapula karyawan yang membutuhkan waktu yang lama untuk mengatasi stres. Pada karyawan lain stres justru dapat menimbulkan gangguan berat baik fisik maupun psikis, stres berat akan memerlukan bantuan ahli untuk mengatasinya.

Metode Penanggulangan Stres
Pengetahuan mengenai faktor-faktor penekan akan membantu usaha-usaha pencegahan dan penanggulangan terhadap stres. Usaha-usaha untuk mengatasi stres menurut Tim Penulis Modul FISIP-UT (1982:8.23)mempunyai tujuan:

a. Memperkecil atau mengendalikan faktor penekan.

b. Menetralisir pengaruh stres.

c. Membantu meningkatkan daya tahan seseorang terhadap stres atau memiliki kemampuan lebih baik untuk mengatasi stres.

Usaha-usaha untuk memperkecil atau mengendalikan faktor penekan di lingkungan kerja menurut Tim Penulis modul FISIP-UT (1982:8:24) antara lain:

a. Manajemen sesuai tujuan.

b. Memperbaiki lingkungan kerja.

c. Merancang kembali struktur organisasi.

d. Merancang kembali pekerjaan.

e. Meningkatkan disiplin.

f. Menghindari perananganda dan peranan yang bertentangan.

Apabila usaha untuk memperkecil dan mengendalikan faktor penekan sulit dilakukan, maka usaha berikutnya adalah menetralisir stres dan meningkatkan daya tahan individu terhadap stres. Usaha-usaha lain untuk menetralisir stres dan memperkuat daya tahan seseorang terhadap stres dapat dilakukan dengan metode-metode penanggulangan stres menurut Tim Penulis modul FISIP-UT (1982:8.25) sebagai berikut:

a. Relaksasi dan Meditasi

Relaksasi (relaxation) dan meditasi merupakan suatu cara menetralisir ketegangan emosi maupun fisik. Teknik-teknik relaksasi yang dikembangkan para ahli mempunyai tujuan mengurangi ketegangan melalui latihan-latihan mengendurkan otot-otot dan urat saraf. Relaksasi dilakukan dengan bantuan perintah verbal yang diberikan oleh orang yang ahli atau terapis membantu individu untuk menegangkan dan mengendurkan kelompok-kelompok otot tertentu secara bergantian dan bertahap.

Cara lain untuk menetralisir ketegangan adalah dengan meditasi. Meditasi merupakan merupakan suatu cara menenangkan diri pada posisi tertentu untuk dapat berkonsentrasi pada suatu hal tertentu. Beberapa cara yang termasuk meditasi adalah mendengarkan musik, bersembahyang atau menikmati alam yang indah. Selain itu cara lain yang banyak dikenal sebagai bentuk dari meditasi adalah yoga.

b. Pelatihan

Program pelatihan stres diberikan pada karyawan dengan tujuan agar karyawan memiliki daya tahan terhadap stres dan memiliki kemampuan lebih baik untuk mengatasi stres. Dalam pelatihan stres karyawan memperoleh pelatihan mempergunakan dan mengembangkan sumber-sumber energi yang ada dalam dirinya. Agar memperoleh hasil yang maksimal, maka pelatihan harus ditangani orang-orang yang ahli dalam bidang pelatihan stres pada pekerjaan ini.

c. Terapi

Terapi adalah treatmen baik yang bersifat fisik maupun psikis. Terapi yang bersifat psikis disebut psikoterapi. Terapi dapat juga berarti semua bantuan metodis atau sistematis, yang diberikan oleh orang yang ahli kepada orang yang membutuhkan bantuan dalam situasi yang sulit. Jadi terapi mengandung pengertian adanya hubungan antara dua pihak, yaitu orang yang ahli dalam bidang terapi dan orang yang membutuhkan bantuan.

Salah satu bentuk terapi yang sering digunakan untuk mengatasi stres adalah terapi perilaku atau ”behavior therapy”. Tetapi perilaku adalah terapi yang memusatkan perhatian pada pengubahan perilaku dengan menggunakan prinsip-prinsip belajar. Melalui perilaku individu di beri treatment agar dapat mengubah perilakunya yang lama ke arah perilaku baru yang lebih baik, terutama kemampuan dalam menghadapi kondisi yang menyebabkan stres.